Tampilkan postingan dengan label Cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cinta. Tampilkan semua postingan
Jumat, 15 Juni 2012
Kenangan Indah Dibalik Lensa
01. EXT. Di Pantai (Sore)
Dimulai dengan suara deru ombak yang saling sahut –menyahut dengan hembusan angin yang menggoyangkan pohon disekeliling pantai. Olvia duduk ditepi pantai, memegang ipad miliknya, asyik membuat dan mengetik artikel baru di blog pribadinya. Saddiya melihat dan memanggil.
Saddiya : “ Vi, ngapain disana ? (Teriak)
Olvia : Oh .. Hai, aku lagi buat artikel di blog nih. Sendirian aja ya, yang lain kemana ?
Saddiya : (Berjalan mendekat) kurang tahu aku Vi, sibuk mungkin mereka.
Olvia : membuat sibuk diri sendiri mungkin mereka, jalan-jalan yang tidak jelas tujuannya (senyum simpul)
Saddiya : kamu Vi, sendirian aja disini memangnya tidak takut ?
Olvia : tidak Sad, kenapa harus takut, masih ada yang diatas yang menjagaku (menatap langit) aku mau cari inspirasi disini, suasananya sangat tenang.
Saddiya : cara bicaramu sudah seperti seniman saja (tertawa) inspirasi yang seperti apa? aku perhatikan kamu sibuk mengetik dari tadi. Buat artikel apa kamu, aku mau lihat boleh ya ? (mencoba untuk melihat)
Olvia : (membalikkan ipadnya) Apa sih , Tidak ! Tidak boleh belum waktunya untuk dilihat.
Saddiya : Ya ampun Vi, pelitnya sama teman sendiri. Hanya aku yang liat tak ada yang lain.
Olvia : Tidak ! (memalingkan wajahnya) kamu lupa dengan yang Esa diatas, Dia juga lihat Sad. Kasih tahu pada teman-teman nanti malam kumpul ditempat biasa jam 7.
Saddiya : baiklah Vi (mengangkat jempol) semua akan beres denganku (menepuk dadanya)
Olvia : ingin muntah aku mendengarmu bicara seperti itu (tertawa) bosan aku melihat wajah kamu, buat Tidak konsentrasi fikiranku saja. Inspirasi aku bisa hilang, bila kamu terlalu lama disini (tertawa, menjulurkan lidah)
Saddiya : apakah sejelek itu aku dimatamu (cemberut) jahat kamu vi (menjulurkan lidah) Ya sudah , aku pulang ya. Aku baru ingat aku disuruh ibuku menjemput adikku . Daaaahhhh …….. (melambaikan tangan, pergi meninggalkan Olvia)
Olvia : (bicara sendiri) untung saja dia tidak memaksaku untuk memperlihatkan artikel ini (mengurut dada, menghela nafas) maaf teman aku tak bisa memperlihatkan ini. Nanti, kalau waktunya sudah tepat pasti aku akan kasih tahu tentang ini.
Senja disore itu membuat matahari nyaris tenggelam ditelan lautan. Olvia bergegas pergi meninggalkan pantai.
02. INT. Resto (Malam)
Olvia duduk menunggu, mendengarkan alunan musik ballad yang menemaninya. Risky datang bersama Veli, diikuti Yanez dan Andika dibelakangnya.
Olvia : sepertinya kalian terlalu cepat untuk datang kesini ? kemana saja ? (kesal)
Risky : Maklum Vi, jalan raya macet.
Olvia : aku percaya aku percaya, silahkan duduk kenapa masih berdiri.
Veli, Risky, Yanez, dan Andika menarik kursi dan
duduk.
Andika : Si Teguh kemana ? kenapa belum datang ?
Veli : Saddiya juga, belum kelihatan batang hidungnya. Padahal dia yang kasih tahu kumpul disini, eh.. dianya yang belum datang.
Yanez : nah itu mereka, panjang umurnya. Baru juga diomongin, sudah datang orangnya.
Risky : Hebat, hebat haha (tertawa), wooooiiiyyyy disini (teriak sambil melambaikan tangan memberi isyarat)
Saddiya : Pasti itu suara Risky (berbisik pada Teguh)
Teguh : itu orangnya (menunjuk Rizky) siapa lagi kalau bukan dia, suara yang paling nyaring diantara kita bertujuhkan cuman suara dia sendiri (berbisik pada Saddiya) itu membuat gendang telinga aku mau pecah , huh (memegang telinganya)
Risky : percepat jalannya,jangan memperlambat waktu kamu berjalan seperti itu sudah seperti model yang sedang berjalan dilumpur (bergurau)
Canda tawa memenuhi seisi resto. Ejekan-ejekan tak henti-hentinya dikeluarkan jadi bahan guyonan mereka.
Teguh : Wah, guyonanmu terlalu sadis Ky. Saddiya ini (menyenggol bahu Saddiya) yang memperlambat waktu. Aku menunggu dia dirumahnya, eh dia masih asyik mandi.
Saddiya cemberut.
Saddiya : aku lagi yang disalahkan.
Teguh : bukankah semua itu benar, itu adalah fakta dan itu bukan opini. Kenapa bibir kamu seperti itu ?
Saddiya : Iya, iya aku tahu aku yang salah. Maaf.
Teguh : heemm .. (berdehem)
Olvia : sudah.. sudah, jangan bertengkar. Kalau saling berteman Tidak boleh lagi ribut seperti itu, kita sudah besar sudah SMA pula, yang harus terus di ingat kita juga sudah berteman lama dari kecil persahabatan kita ini sangat erat sudah seperti saudara (mengingatkan saddiya dan teguh) daripada ribut disini lebi baik kalian pilih mau makan apa dimenu makanannya, pesan saja apa yang kalian mau malam ini aku yang bayar semuanya (senyum)
Semua tercengang.
Veli : kamu serius, kamu tidak sedang sakit bukan ? (sambil memegang jidat Olvia)
Olvia : tidak, buat apa aku bercanda. Ini Veli juga kenapa pegang-pegang jidatku (menggerakkan kepalanya)
Veli : wah, tumben ya. Ada angin apa kamu Vi ? setahuku hari ini bukan ULTAH kamu ? ohh… aku tau pasti lagi dapat rezeki lebih .
Kepala olvia mulai sakit, Olvia hanya menjawab
dengan senyuman. Wajahnya berubah pucat.
Andika : Iya, dia lagi ba….
Belum selesai Andika bicara, Olvia langsung
memotong pembicaraannya.
Olvia : Ngomong terus kamu ah ! tidak selesai-selesai, udahlah lebih baik kalian, kalian (menunjuk satu persatu teman-temannya dengan matanya) ini pilih mau makan apa (menunjuk buku menu dengan telunjuknya) jangan bicara terus pusing aku mendengarnya.
Risky : Galaknya kamu Vi malam ini, habis makan apa kamu tadi dirumah ?
Olvia merunduk menahan rasa sakit dikepalanya yang semakin memuncak, matanya berkunang, wajahnya pun semakin memucat, dia tau darah pasti akan keluar dari hidungnya, dia mengambil sapu tangan didalam tasnya, dan segera memegang hidung menutupnya dengan sapu tangan.
Yanez : kenapa Vi ? (heran)
Olvia : (bicara sendiri) yaahhh.. aku mohon jangan mimisan disaat seperti ini, bagaimana ini ? aku harus melakukan sesuatu supaya mereka tidak melihat apalagi curiga dengan tingkahku yang tiba-tiba seperti ini.
Yanez : Vi, heii.. Vi (menggerakkan tangannya didepan wajah Olvia) kamu kenapa Vi, wajah kamu kenapa pucat ? apa kamu sakit ?
Olvia : (tersentak) oh, engg.. eTidak nez , ak.. ak.. (gagap) ehm.. aku ke toilet dulu ya, sebentar (bangkit dari tempat duduknya, terburu-buru menuju toilet)
01. INT. Toilet (Malam)
Olvia berdiri didepan westafle (tempat untuk mencuci tangan) dan berkaca. Dia terus memandangi wajahnya yang tampak pucat. Darah tiba-tiba mengalir keluar dari hidung, dia memutar keran air dan membersihkan darah yang terus mengalir keluar dari hidungnya. Olvia membuka tas, mengambil obat dan meminumnya.
Sepucuk surat diambil dan dibaca kembali. Tak sadar, air mata juga ikut membasahi pipinya. Tangannya segera mengapus air mata. Darah dihidung juga ikut berhenti. Surat dimasukkan kembali kedalam amplop dan diletakkan diatas westafle. Wajah sembab itu ia basuh dengan air. Merasa sudah tenang, Olvia bergegas keluar dari dalam toilet.
FLASHBACK
02. INT. Resto (Malam)
Canda tawa masih menghiasi resto. Satu sama lain saling mengejek. Guyonan tak pernah habis dilontarkan. Dari kejauhan Olvia berteriak.
Olvia : foto aku !!
Andika : latar belakangnya Tidak bagus, kenapa harus toilet ?
Olvia : kreatif dika , sekali-kali. kenapa ? kamu iri mau difoto juga ? ayo dong foto aku, belum tentu aku bisa seperti ini lagi dihari esok.
Veli : bicaramu asal, ah !
Saddiya : betul, bicaranya asal, Tidak pernah difikir dulu.
Olvia : ayolah , cepat
Olvia berpose, senyum manis terpaksa keluar dari bibirnya. Menutupi apa yang oernah terjadi pada dirinya, agar tak ada kecurigaan dimata teman-temannya.
Teguh : ya sudah, aku saja. Ok.. siap ya
1 .. 2.. 3..
Bunyi klik bersamaan dengan cahaya kamera muncul .
Veli : aku mau , Vi.
Risky : aku juga .
Olvia : ya sudah semuanya saja ikut berfoto, biar adil. Kameranya disana saja, kamu atur jadi kamera otomatis. Waktunya 10 detik mungkin cukup, biar kita tak terlalu lama menunggu.
Teguh : iya , tunggu aku atur dulu.
Sementara Teguh sibuk mengatur waktu kamera, yang lain juga sibuk menyiapkan pose.
Teguh : sudah , semuanya siap ya (memencet tombol, dan segera berlari , langsung memasang pose)
Satu posisi ke posisi yang lain, gonta-ganti pose masih terus dilakukan, hingga lupa waktu. Orang yang ada disekelilingpun tak mereka perdulikan.
Olvia : ya ampun sudah jam 21.00, aku harus pulang.
Andika : masih jam 21.00 Vi, belum jam 22.00. sudah mau pulang secepat inikah ?
Olvia : Ibuku berpesan jangan pulang larut, jam 21.00 sudah harus dirumah, harusnya aku tak boleh kena angin malam begitu katanya. Foto kita dicetak ya, nanti disimpan ke album foto kita, makanan semuanya sudah aku bayar, nikmati makanannya walau tanpa aku, makan tak perlu terburu-buru. Aku duluan ya . daahhhh … (berjalan pergi sambil melambaikan tangan)
Saddiya : hati-hati ya Vi , . .
Pesanan makanan datang, semua kembali ke posisi duduk awal, menikmati makanan.
Veli : waaaahhhh….! Kebetulan aku sudah lapar, perutku sudah keroncongan. Sepertinya ini enak (mengecap lidahnya) selamat makan ya .
Risky : mari, makan.
Sedang asyik makan, tiba-tiba raut wajah Yanez berubah.
Yanez : aduh . . (memegang perut)
Teguh ; kenapa kamu nez ?
Yanez : aku ke toilet dulu ya.
Andika : kamu mau ngapain ? panggilan alam ya, haha (tertawa terbahak-bahak)
Veli : cepat sana, bau nez.
Yanes berlari menuju toilet, yang lain melanjutkan makan hingga selesai.
Saddiya : Alhamdulillah, kenyang (menyedot minuman)
Teguh : (mengambil kamera) eh, Ve Lihat foto ini lucu ya (memperlihatkan gambar dikamera)
Veli : iya, pipinya Si Saddiya ya ampun.
Risky : aku juga mau lihat guh.
Andika : geser sedikit , aku tak bisa lihat.
Saddiya : coba kasih ke aku kameranya, biar aku lihat sendiri gimana aku dikamera. Pasti aku sangat cantik ya ?
Veli : aduuhh,,, (menggelengkan kepala) sungguh-sungguh engkau terlalu percaya diri sayang (mengejek)
Yanez keluar dari toilet membawa sesuatu.
Andika : sudah selesai ya ? tak mau balik lagikah ? (senyum simpul)
Risky : kamu bawa apa nez ditanganmu ? (heran)
Yanez : amplop, aku menemukannya diatas westafle (mengangkat amplop menunjukkannya)
Saddiya : keluar dari toilet kenapa bawa amplop ? punya siapa amplop itu nez?
Yanez : Tidak tahu, tapi disini bertuliskan Nn.Olvia.
Veli : itu bacanya nona yanez, bukan Nn. Dasar kamu nez , payah ! berarti itu punya Olvia, kok bisa tertinggal ya ?
Andika : mungkin dia lupa.
Veli : coba kamu buka Nez, kita baca apa isi suratnya.
Teguh : jangan, tidak ada hak kita untuk melakukan itu, itu sudah termasuk rahasia orang lain yang tidak seharusnya kita ketahui.
Veli : tapi dia itu sahabat kita.
Teguh : walaupun sahabat, kalau itu adalah sebuah rahasia pribadi, kita tetap tidak boleh tahu. Kamu saja yang pegang surat itu malam ini Nez, dan kasih ke dia besok disekolah.
Andika : cara kamu berbicara sudah seperti para psikolog.
Teguh : iya lah, memangnya kamu kerjanya bercanda terus tidak pernah serius.
Andika : itu berarti aku adalah orang yang inspiratif.
Risky : Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya ingat waktu, sekaran sudah jam berapa. Besok adalah hari senin kita harus sekolah, bukan lagi hari libur.
Saddiya : ayo kita pulang.
Veli : (menguap) aku ngantuk.
Yanez : ayolah, tunggu apa lagi. Hari sudah semakin larut.
Semua bangkit dari tempat duduk dan beranjak pergi meninggalkan resto.
01. EXT./INT. Sekolah (Siang)
Semua duduk didepan kelas kecuali olvia. Tampak Andika sedang asyik memainkan gitar.
Teguh : “ hei, jangan berisik !
Veli : iya, telingaku jadi sakit mendengar suaramu itu.
Saddiya : jangan seperti itu , dia juga teman kita.
Andika : kalian berdua jangan sok hebat, kalian juga belum tentu bisa iya kan ?
Yanez : cukup, cukup hentikan semuanya. Sahabat itu saling mendukung, bukan saling menjelek-jelekkan.
Risky : daripada membuat gaduh disini, lebih baik kita nyanyi sama-sama.
Saddiya : benar , aku setuju dengan kamu Ky.
Veli : tapi, aku merasa ada sesuatu yang kurang.
Teguh : apa ?
Veli : Olvia kemana ? kalau dia tidak ada kita sudah seperti lagu tanpa suara.
Yanez : ngomong-ngomong soal Olvia, dia kemana ya ? kenapa dari tadi aku tidak melihatnya ?
Andika : teman sendiri kenapa tidak tahu kamu Nez ?
Veli : kamu tahu dia dimana Dika ?
Andika : tidak, aku tidak tahu (senyum)
Risky : hmm … aku punya usul, bagaimana kalau nanti sore kita pergi kerumah dia.
Saddiya : setuju. Aku jemput kamu nanti Ve.